Judul Buku : Bara Kesumat
Penulis : Mega Yohana
Penerbit : Loka Media
Tahun terbit : Cetakan Pertama, Oktober 2017
Tebal : 301 Halaman
ISBN : 978-602-50105-6-9
Merupakan hadiah Giveaway di akun Peeky Book Tourian
***
BLURB
Api itu semakin membesar dan lidah-lidahnya yang
tertiup angin malam meliuk-liuk menyerupai lengan-lengan. Sebuah wajah
terbentuk dalam api yang menjilat-jilat, menoleh ke arah Ratri.
“Katakan, apa kau bersedia menjadi tumbal atas dendammu
yang kesumat itu?”
Ratri mengerjap. Api itu baru saja berbicara padanya.
Suara serak, berat dan berkeletak api itu tertuju padanya.
“Banaspati...” Ratri berbisik, tak menyangka akan
bertemu dengan makhluk itu di hutan ini, ketika dirinya berada di ambang maut.
“Aku tidak bertanya dua kali.” Banaspati kembali
berkata.
Ratri mengangguk,”Aku bersedia,” ujarnya.
Jika dewa tak menolongnya, meski dia harus bersekutu
dengan iblis, gandarwa, jim perayangan, atau setan terkutuk mana pu,
Ratri tak peduli. Saat ini, tujuan Ratri hanya satu ; membasmi binatang
rendahan – setan paling terkutuk yang berwujud manusia. Dan, untuk itu, dia
harus hidup. Benar, dan untuk memuluskan tujuannya itu Ratri tak keberatan
meski dia harus menjadi tumbal.
Kalyana Ratri. Nama perempuan ini menjadi pujaan bagi
para perempuan, dan mimpi buruk bagi para lelaki hidung belang dan bramacorah.
Kalyana Ratri telah menjadi momok tersendiri bagi para pelaku kejatahan. Dia
juga menjadi incaran para pendekar dan pejabat yang ingin membuktikan
kebenarannya, atau mempersuntingnya demi mendapatkan kejayaan. Kalyana Ratri,
perempuan yang mengikat perjanjian sana pati dengan sosok Banaspati.
*****------*****------*****------****-----******
Kalyana
Ratri melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana dengan bengis Madin dan
komplotannya membantai Bapa dan Biyungnya, tidak sampai disitu kebengisan
Madin, bahkan ia dan anak buahnya yang berjumlah 4 orang melakukan tidakan
asusila kepada Ratri. Gadis yang masih berusia 15 tahun berteriak dan berontak
tapi apa daya kekuatan yang Ratri keluarkan tidak sebanding dengan tenaga para
bajingan itu.
“Malam itu menjadi saksi betapa kebencian Ratri telah mencapai ubun-ubun. Ratri menandai wajah-wajah yang telah menghancurkan dirinya hingga berkeping-keping itu. Menandai setiap guratannya. Ratri tidak akan pernah memaafkan mereka tidak pernah.” ( Halaman 13)
Kebengisan
Madin dan anaknya ternyata belum selesai, setelah membunuh dengan cara sadir
kedua orangtua Ratri dan kemudian melakukan tindakan yang tidak pantas kepada
Ratri, Madin mengambil kesempatan untuk membakar rumah Ratri. Ratri masih di dalam
rumah dengan kondisi tak berdaya.
Beruntung
bagi Ratri, ia sadar dan bisa menyelamatkan diri, dengan sisa kekuatan yang ia
punya Ratri lari sekencang-kencang masuk ke dalam hutan. Tidak ia pedulikan
kulit tubuhnya yang terkena ranting dan duri-duri ia terus berlari ke dalam
hutan.
Setelah ia
merasa cukup jauh berlari, ia bersembunyi di sela-dela akar pohon, peluh
membanjiri tubuhnya, ia menangis tersedu-sedu mengingat tindakan bengis Madin
dan anak buahnya.
“Ia harus bertahan hidup untuk membalas dendam orang tuanya.Harus hidup untuk mencincang Madin dan semua orang yang perilakunya lebih rendah daripada binatang paling rendah sekalipun.”(Halaman 16)
Ternyata
penderitaan Ratri masih belum berakhir begitu saja, di saat ia tengah menangisi
nasib sialnya dan mengingat semua hal yang dilakukan Madin kepadanya. Tiba-tiba
dari arah yang tidak di duga, datang segerombolah anak macan yang berusaha
mendekat kepada Ratri.
Darah yang
mengalir dari tubuh Ratri menjawab semua pertanyaan yang berkecamuk dalam
pikirannya. Setitik bunga api yang berada diantar ia dan para anak macan itu
berbicara kepada Ratri, setitik api yang ternyata perwujudan dari Banaspati, ia
bersedia menolong Ratri untuk balas dendam tapi dengan satu syarat ia harus
bersedia menjadi tumbal atas dendamnya itu.
Bagaimana
perjalanan hidup yang harus Ratri tempuh demi bisa balas dendam atas kematian
orangtuanya dan sakit hati yang ia terima?
Tumbal,
tumbal seperti apa yang banaspati minta kepada seorang Ratri? Dan siapakah
sosok Banaspati itu sebenarnya?
Berhasilkah
Ratri dengan batuan Banaspati membunuh Madin dan anak buahnya?
Simak kisah
Ratri dan balas dendamnya dalah kisah “Bara
Kesumat” karya Mega Yohana.
*****------*****------****--------*****------*****
Ini novel
pertama dari Mbak Mega Yohana yang aku baca, keren ceritanya dan menurut aku
cerita dengan genre historical romance
itu masih belum banyak. Ini karya pertama yang aku baca dengan genre histrorical romance.
Mbak Mega
menggunakan sudut pandang orang ketiga dalam menceritakan kisah Ratri ini, alur
yang dipakai adalah alur maju.
Awalnya aku
bertanya-tanya tentang sosok Banaspati ini, kenapa dia membantu Ratri dan
tumbal yang diminta dari satu sisi memang menguntungkan Banaspati? Ternyata
jawaban dari pertanyaan itu ada di akhir cerita. Jreng jreng.
Banaspati
kalau berubah jadi manusia dia kayaknya cakep gitu khas pendekar muda.
“Seorang pemuda berbadan tegap muncul dari balik pepohonan dengan membawa seekor kelinci yang telah dikuliti dan ditusuk dengan kayu. Sebuah ikat kepala dari kain cokelat menahan rambut panjang pemuda itu – yang dibiarkan tergerai – agar tidak jatuh menutupi wajahnya” (Halaman 23)
Itu gambar
sosok Banaspati dan kalau pas jadi berwujud manusia nama dia adalah Runjung
Alas, dan sebuah kejutan juga terungkap siapa dia sebenarnya di akhir cerita.
Dan pengembaran aku akan sosok Runjung Alas yang kutemukan dalam pemikiran aku
adalah ini dia taraaaang :
sumber ; google.com -->> Mau dong jadi Ratri he he he |
Pada tahu
kan dia siapa? Para pecinta drama kolosal Angling Dharma pasti tahu? Ha ha ha
maaf jika ekspektasi tokohnya terlalu imut. He he he
Karakter
Kalyana Ratri, remaja berusia 15 tahun dia sosok remaja yang tegar dan tangguh
serta punya nyali yang luar biasa, tetapi dia akan berubah jadi gadis yang
seusianya jika berhadapan dengan Runjung Alas. Berubah jadi gadis yang suka
merajuk, manja dan periang.
Ada satu
sosok yang cukup menyita perhatian, jika dari kemunculannya sejak awal Runjung
Alas memang sudah bisa menyita perhatian. Berbeda dengan tokoh satu ini, dia
muncul di cerita menjelang ending, karakter
ini namanya Wira, yang berhasil mengalahkah Ratri dan Runjung Alas. Sikap Wira
yang setenang air bikin para wanita jadi ikutan terhanyut dalam samudra
pesonanya. Ciaaaaat ciaaaat wuussshhhh
Karena ini
memang cerita dengan genre historical,
maka untuk setting tempat memang
benar-benar menggunakan setting tempat
jaman sejarah atau waktu zaman kerajaan, dari gambaran yang ada di buku sama
dengan gambaran di serial kolosal (Karena aku memang pecinta film kolosal). Setting tempatnya sangat detail dan
apadanya di zaman masa itu.
“Jika api melambangkan amarah dan dendam,maka angin menyejukkan hati yang diliputi amarah.Ketika api dipenuhi nafsu dan keinginan membara,angin mengendalikan dengan kebijaksanaan”(Halaman 45)
Sekali lagi,
saya bersyukur karena bisa membaca cerita yang lagi-lagi menjadi nominasi dari
event yang diadakan oleh penerbit. Penerbit satu ini memang paling bisa kalau
bikin event menulis. Tahu apa event yang diadakan oleh penerbit waktu itu?
Event itu adalah penggabungan minimal dua genre yang berbeda dan salah satunya
harus romance. Dua jempol juga untuk
penulis.
Suka dengan
pemilihan cover dan judulnya. Tegas, jelas dan berbicara. Dua jempol untuk
seluruh tim Lokamedia.
“Angin bisa memiliki daya untuk menghidupkan, sekaligus kekuatan untuk mengancurkan. Angin juga memiliki sifat mengisi setiap ruangan yang kosong sekalipun di dalam tempat yang rumit.”
(Halaman 45)
Ternyata
penulis menyebut genre dari novel Bara Kesumat ini adalah Historical Fantasy Romance” , novel dengan genre seperti ini masih
jarang, dan semoga dengan hadirnya novel ini bisa bersaing dengan genre novel
lainnya. Dari cerita ada unsur sejarah yang dimasukkan misal tentang kisah ken
arok dan Mpu Gandring, dan legenda Lembu Soro. Penasaran apa hubungan cerita
dua legenda ini dengan kisah dendam kesumat Ratri? Makanya segera ke toko buku
dan beli novel ini. Aku curiga kalau penulis ini memahami ilmu kanuragan,
karena ilmu kanuragan dari beberapa pendekar ini detail dan suka dengan
pemilihan nama-namanya, Pendekar Penunggang Angin, jurus angin hantu, pendekar
merak biru dsbnya,
“Bagaimanapun sebuah dendam tak pernah memberikan
kebaikan.
Pembalasan dendam hanya memberikan kepuasan, bukan
kebaikan.”
(Halaman 100)
Secara
keseluruhan cerita Ratri ini memang bagus, tapi pengulangan yang berulang-ulang
tentang umur Ratri yang disebutkan hampir di setiap bab membuat aku sebagai
pembaca secara pribadi juga tidak terlalu nyaman. Mengurangi mood membaca. Dan tentang eksekusi Madin
menurut aku kurang mengerikan. Aku benci sama Madin ini tapi Ratri menyiksanya
kurang kejam menurut aku. seharusnya Madin ini di mutilasi satu hari satu
bagian tubuh, biar dia tahu rasa, biar dia menderita kesakitan.
“Api sangat gelap dan mengerikan. Kebengisan macam apa yang sebenarnya telah dilakukan oleh Madin?”(Halaman 146)
Adegan yang
paling buat aku senyum senyum sendiri adalah, saat Ratri merajuk kepada Runjung
Alas, apalagi si mas cakep Runjung Alas ini bisa membaca pikiran orang lain. Gemeees
gitu lihat Ratri dan Runjung Alas. Dan selain yang paling aku suka lagi adalah
waktu Ratri bertarung dan menggunakan selendangnya sebagai senjata (Pedang),
sumpah keren banget ini. Aku kalau lihat film kolosal dan melihat pendekar
wanita bertarung dengan selendang sebagai senjata itu tampak luar biasa. Tampak
anggun dari versi lain.
Kini saatnya
tebar-tebar quote yang ada di cerita Ratri dan Runjung Alas, yaitu sebagai
berikut ini :
“Dendam selalu beriringan dengan kehancuran.Dendam yang tak diiringi dengan pengendalian diri dapat menghantarkannya pada kebinasaan alih-alih pemenuhan hasratnya.”(Halaman 45)“Sesuatu yang ada di depan itu laksana jalan berliku dengan banyak sekali cabang dan ujung yang berbeda-beda.Semua tergantung bagaimana kita menentukan langkah.”(Halaman 69)
Pesan moral
yang ingin disampaikan oleh cerita Ratri ini sama dengan nasihat Runjung Alas
waktu latihan bertarung dengan Ratri. Pesan itu ada 3 yaitu : Jangan menyerang
tanpa mengetahui kekuatan lawanmu, telitilah gerakan lawanmu sehingga kau dapat
mengambil langkah yang tepat dan atur napasmu. Aku merasa apa nasihat Runjung
Alas itu bisa diterapkan dikehidupan sehari-hari, ada makna tersembunyi dari
kata-kata tersebut. Dan selain itu bahwa dendam, rasa benci dsbnya kita harus
bisa mengendalikan rasa itu kalau tidak maka perasaan itu yang akan pelan-pelan
membunuh kita.
Bagi kalian
pecinta sinema kolosal kalian harus baca cerita ini, karena ini bacaan yang
kalian cari. Dan para pecinta romance kalian
harus tahu bagaiman senyum malu-malu seorang Ratri saat berhadapan dengan
Runjung Alas. Tapi ada baikknya kalau cerita ini dibaca oleh mereka yang
berusia 18 tahun ke atas.
Bintang 4
untuk kisah Ratri dan Runjung Alas.
Tentang
penulis
Sumber : Akun Twitter Mega Yohana |
Dalam dokumen, tertulis nama Yunita Yohana.
Namun, dipanggil Mega karena memang ini namanya sejak lahir. Seseorang yang
baru belajar menulis, yang hanya bermodal nekad dan bismillah. Ibu satu anak
ini sangat menyukai dongeng dan sering disebut “salah zaman” karena menyukai
fiksi historis dan dangdut lawas Rhoma Irama.
Pernah menjadi editor di sebuah majalah lokal
di Blitar yang bertemakan pendidikan dan budaya, membuat Mega semakin menyukai
kisah-kisah bertema sejarah dan budaya. Kini, perempuan ini tengah (sok) sibuk
dengan kegiatan hariannya seperti menulis, merajut, sesekali menjadi freelance editor, dan yang terutama
momong si kecil Aryadikara yang semakin lincah.
Kritik dan saran dapat dillayangkan ke laman
Fesbuk mega Yohana atau melalui
Instagram @yohanasaff atau @hazukiauryn , twitter :@MegaYohana blog blog Mega Yohana dan email ke yohanazone@gmail.com
****- - - - - -******* -- - -- - - - - -
******
Terimakasih banyak buat Peeky Book Torian
(PBT) , Mega Yohana (@hazakuriayan) dan Penerbit LokaMedia, yang telah
memberikan kesempatan untuk aku bisa berkanalan dengan kisah Ratri dan Runjung
Alas.
Sukses terus buat kalian dan kita semua.
Semangat menyebarkan virus baca buat semua
masyarakat Indonesia.
Sampai bertemu kembali di karya –karya yang
lain.
3 Komentar
Wuah... baru baca ini! (@_@)
BalasHapusTerima kasih untuk review-nya... ^^
Senang sekali... #usap air mata haru,:'D
btw, kalau saya membayangkan Runjung Alas itu si Choki Andriano, alias Syudawirat kalau di Mak Lampir, Anoman di Karmapala, Arya Gading kalau di Walisongo, :'D
ish mbak Yohana, bukan Mak Lampir kalau sudawirat itu tapi di Angling Dharma. he he he si choki sorot matanya seram, kalau Banaspati kan tatapannya lembut, menembus jantung wk wk wk wk
Hapusastaga...! XD
HapusGomen ne~ saya suka ketukar2. kan di Mak Lampir si choki belum nongol, yak, xD
Habis, itu rumah produksi banyak banget pilemnya, sudah begitu pemerannya tetep itu2 juga, XD
Terima kasih telah membaca sampai selesai.
Mohon maaf sebelumnya, kolom komentar aku moderasi.
jadi komentar kalian tidak akan langsung muncul, nunggu aku setujui dulu baru bisa terlihat.
tinggalkan komentar dan senang berkenalan dengan kalian