Judul Buku : SAUH
(Bagaimana aku bisa berlabuh, pada
hati yang bukan dermagaku?)
Penulis : Shabrina Ws
Penerbit : PT. Elex Media Komputindo
Tahun terbit : Cetakan Pertama, 2017
Tebal : 221 Halaman
ISBN : 978-602-04-5206-7
Bookmail dari
Shabrina Ws
***
Bagiku
memberi harapan yang tak pasti kepadamu sama seperti menaruh duri secara
diam-diam, di hatiku, juga di hatimu.
Sengaja
kusisakan jarak, karena aku butuh waktu mempersiapkan genggaman yang kuat untuk
menggandengmu.
Kutanya
kepada Tuhan di malam-malam panjang, apakah kita sepasang sayap yang diciptakan
untuk mengepak bersama.
Namun, apa
hakku menahanmu, jika ternyata kau dipertemukan dengan sayap yang lain
Barangkali
benar, kau dan aku sama-sama berjuang. Tetapi hanya Tuhan yang tahu, jalan yang
kita tempuh...akan bersauh bersama pada pertemuan atau perpisahan.
Rosita, Danu
dan Firman bersisian dan bersilangan pada jalan takdir. Ketiganya menyakini
bahwa setiap orang memperjuangkan cinta dengan caranya sendiri. Tetapi di musim
yang lain, mereka didera pertanyaan.
Sejauh mana
cinta harus diperjuangkan?
Rosita harus menelan pil pahit, kepulangannya ke
Ponorogo mendapatkan sambutan yang luar biasa dari bapak. Bapaknya marah besar
karena adik Rosita meminta izin untuk menikah, sementara sang bapak tidak akan
mengizinkan putri pertama dan satu satunya harus dilangkahi oleh adiknya.
Padahal bagi Rosita sendiri ia tidak masalah kalau
harus dilangkahi oleh sang adik, karena ia berpendapat bahwa jodoh, rezeki dan
mati sudah ada yang mengatur.
Rosita memang sudah berusia 28 tahun, usia yang cukup
matang untuk menikah, bahkan teman di desanya sudah ada yang punya anak dua.
Rosita dididik dengan baik oleh sang ibu, penanaman nilai sejak kecil yang
ditanamkan oleh sang ibu masih terpatri kuat dalam dirinya, tentang hubungan
dengan lawan jenis, bagaimana bisa ia menemukan calon suami, jika saja ia saat
ini tidak punya seorang kekasih?
Tidak punya seorang kekasih, bukan berarti tidak punya
orang yang dicintai atau dikagumi. Danu, seorang pria yang Rosita kenal sejak
ia menjalani masa training di hotel
Kaliandra Surabaya saat mereka menjadi steward,
perkenalan yang berujung kepada sebuah persahabatan. Rosita diam-diam
menyukai Danu, adakalanya Rosita juga berfikir bahwa Danu mempunyai rasa yang
sama dengan dirinya, tapi perasaan itu selalu ia tepis, ia merasa bahwa hanya
dirinya lah yang menganggap lebih dari persahabatannya dengan Danu ini, karena
Danu memang tidak pernah mengucapkan apapun kepada Rosita.
Permintaan untuk menikah dari kedua orangtuanya yang
masih belum menemukan solusi, kini Rosita dihadapkan kepada permasalahan dengan
kariernya, tiba-tiba pihak Hotel menugaskan Rosita untuk pembangunan hotel di
kawasan Pantai di kota Pacitan.
Semuanya terasa makin berat dan pelik bagi Rosita,
saat dirinya harus pindah tugas ke Pacitan, sehingga ia harus berjauhan dengan
Danu tiba-tiba Rosita merasa Danu semakin menjauh darinya, Danu menghilang
tanpa kabar.
Rosita yang bingung akan keberadaan Danu, kembali di
pertemukan dengan sosok Firman, anak dari pemilik hotel tempat Rosita bekerja.
Danu menghilang tanpa kabar dan kini Rosita dekat dengan Firman, apakah ini
jawaban doa-doa Rosita selama ini?
Atau akan ada garis takdir yang tidak akan pernah
terbayangkan oleh pemikiran Rosita sendiri?
Berlabuh di dermaga siapakah akhirnya Rosita, Danu dan
Firman?
Simak kisah Rosita, Danu dan Firman dalam novel
terbaru karya Shabrina Ws berjudul “SAUH”
Pertama-tama aku ucapkan selamat buat Mbak Shabrina Ws
atas karyanya yang baru ini, semoga banyak disukai oleh para pembaca di
Indonesia. Dan bakalan cetak ulang terus. Aamiin.
Sauh sendiri merupakan karya kesekian dari Shabrina Ws
yang aku baca. Masih selalu penuh kejutan dan menyimpan sejuta kesan yang
mendalam.
Sauh ditulis dengan menggunakan sudut pandang orang
ketiga, memang lebih banyak fokus dari sudut pandang Rosita, tetapi juga ada
sedikit yang bercerita dari sudut pandang Danu dan juga Firman.
Setting lokasi
sendiri mengambil di beberapa kota di Jawa Timur, Surabaya sebagai tempat di
mana Rosita bekerja, Ponorogo tempat lahir Rosita dan kedua orangtuanya
tinggal, Sidoarjo tempat Danu tinggal dan tentunya kota kebanggan ku dan yang
paling aku cintai Pacitan, dengan pantai Pancer dan patai Teleng Ria-nya.
Pertanyaannya pasti, terdefinisi dan tergambar dengan baikkah setting tempat dalam cerita ini? Dan
jawabannya adalah terdefinisi dengan sangat baik, bahkan aku jamin kita akan
penasaran dengan lokasi-lokasi yang ada dalam cerita ini.
Untuk alur dan plot yang digunakan oleh Mbak Shabrina
sendiri menggunakan alur maju-mundur,
menceritakan bagaimana awal mula pertemuan Rosita dengan Danu, masa
kecil Rosita, dan Masa lalu Danu dan juga Firman. Plot-nya keren meskipun
mengambil beberapa lokasi yang berbeda dan dengan tiga karakter utama tetapi
menjadi menyatu dan rutut dalam satu garis cerita, tidak ada alur yang terkesan
dipaksakan karena semua tampak manusiawi.
Sauh sendiri artinya secara harfiah yang aku kulik
dari KBBI Online adalah sauh/sa·uh/ n
alat berkait dan berat, dibuat dari besi, yang dilabuhkan dari kapal ke
dasar laut supaya perahu (kapal) dapat berhenti; jangkar;--
buji sauh kecil yang berpengait empat;
-- terbang sauh yang dicampakkan ke darat;
-- terbang sauh yang dicampakkan ke darat;
Sauh atau semacam jangkar, tahu kan fungsi
dari sebuah jangkar, yaitu untuk menambatkan kapal sehingga tidak dapat berpindah tempat karena
adanya hembusan angin atau gelombang. Jadi melihat dari arti dan kegunaan Sauh
itu sendiri lalu dihubungan dengan kisah Rosita, Danu dan Firman jatuhnya
adalah C-O-C-O-K alias cocok, ha ha ha ha . hayo kira-kira seperti apa gambaran
yang kalian dapatkan? Terus untuk covernya juga syahdu, dengan background pantai, yang dimana memang
pantai pancer dalam cerita SAUH menjadi tempat paling bersejarah dan berkesan
bagi Rosita, Danu dan Firman. Kepo ya, kenapa bisa Pantai Pancer menjadi tempat
paling berkesan bagi ketiga tokoh utama? Makanya baca bukunya..
Ada tiga tokoh utama dalam cerita ini, yang memang
benar-benar menjadi inti cerita, ketiganya mempunya porsi yang pas meskipun
memang dari sisi Rosita lebih banyak dibanding Danu dan Firman karena memang
inti cerita ada di kisah Rosita.
Rosita, lahir sebagai anak pertama di keluarganya,
tumbuh menjadi gadis yang mandiri dan bekerja keras, penuh semangat tapi dia
cepat sekali mengambil keputusan tidak peduli bagaimana situasi dan kondisinya.
Belum pernah yang namanya pacaran, karena sang ibu yang mewanti-wanti batasan
antara perempuan dan laki-laki.
Kemudian ada Danu, bukan terlahir dari keluarga kaya,
nekad mengurus tambak disambi bekerja sebagai karyawan hotel. Menjadi tulang
punggung keluarga dan bertanggung jawab penuh atas ibu dan kedua adik
perempuannya. Danu ini mempunya prinsip yang sudah ditanamkan oleh sang ayah
bahwa pantang bagi seorang laki-laki membawa perempuan harus mempunyai tujuan
yang jelas.
Selain itu ada juga Firman, putra dari pemilik hotel
Kaliandra, dia seorang pekerja keras, Firman masih terikat perasaan dengan masa
lalunya, meskipun begitu ia tetap berusaha untuk menjalin hubungan dengan
wanita lain. Seorang bekerja keras dan calon pengusaha yang cerdas dan hebat.
Udah pilih mana Danu atau Firman? Kalau aku milih yang
mau sama aku aja siapa antara Firman atau Danu, keduanya sosok suami dunia
akhirat dapat semuanya.
Selain tentang kisah Danu-Rositan-Firman juga terselip
sedikit kisah tentang Budhe-nya Rosita, aku malah semakin dibuat penasaran
dengan jalan kisah cerita Budhe-nya Rosita ini. Kalau ada di WP pasti akan ada
pertanyaan seperti ini “buat cerita juga
untuk budhe ya thor” atau “buat sequel-nya ya kak”
Aku sudah beberapa kali baca novel karya Mbak Shabrina
Ws, selalu ada yang baru yang bakalan kita peroleh, selalu ada ilmu baru yang
bakalan kita dapatkan setelah membaca cerita ini. Sama seperti halnya setelah
membaca SAUH, mungkin banyak tema cerita yang seperti ini yang beredar di
kancah perbukuan Indonesia, tapi SAUH punya sesuatu yang berbeda, selain
tentang setting tempat yang berada di
Pacitan, yang merupakan kampung halaman penulis, yang terkenal dengan pantai-nya
dan kebetulan yang diangkat dalam cerita ini adalah Pantai Pancer dan Pantai
Teleng Ria. Dua pantai yang masih berada di wilayah kecamatan kota yang sangat
mudah untuk diakses.
Pemilihan diksi yang digunakan oleh Mbak Shabrina,
mungkin ada beberapa yang mengatakan ‘bahasanya berat’ yang penuh dengan
filusuf, tapi tetap enak buat dibaca dan mudah untuk diterima. Selalu ada
sentilan-sentilan kecil buat kita semua yang memang kita butuhkan.
Selain itu, kisah ini bukan tentang kisah cinta
segitiga tapi lebih kepada tentang sebuah pilihan dan konsekuensi yang harus
kita tanggung, tentang tanggung jawab dan tentang sebuah prinsip.
Ada beberapa hal yang mengganjal dalam hati saya mbak (ha ha ha maaf, kalau bahasanya agak lebay
ya, memang sengaja biar suasananya horor), pertama untuk penulisan nama
kota Dolopo, yang benar ‘Dolopo’ apa “Delopo”, karena di buku ini penulisannya
pakai ‘e’? dan ya udah itu aja, (tadi,
katanya ada beberapa, kok cuma satu, kan tadi udah dijawab biar horor
suasananya).
Banyak adegan-adegan yang berkesan dalam cerita
Rosita-Danu dan Firman ini. Tapi dari banyak adegan ini yang aku suka adalah waktu
Rosita bertemu dengan Budhe, dan di situ banyak sekali kucing-kucing yang
menjadi hewan peliharaan sang Budhe, terus apa yang membuat spesial? Yang
membuat adegan ini spesial adalah pembicaraan yang dilakukan oleh Rositan dan
Budhe. Ahaaay, pembicaraan seperti apa yang dilakukan oleh Rosita dan Budhe?
Bikin mewek pas adegan Budhe dan Rosita ini,
penasaran? Temukan dalam bukunya.
Salah satu hal yang menjadi khas dari mbak Shabrina
adalah bertebaran quote – quote, antara
lain sebagai berikut :
“Menjadi orang berkasta rendah seperti kita harus semangat.”(Halaman 20)“Hal-hal baik nggak selalu terasa manis. In Shaa Allah hikmah dan barokahnya jauh lebih besar. Nggak semua hal bisa dihitung dengan rupiah,Nak. Jangan menyalahkan dirimu sendiri.”(Halaman 57)“Kalau kamu menginginkan sebuah hubungan yang tanpa tujuan,aku tidak bisa. Aku tidak mau memulai sesuatu yang mengambang.Aku nggak yakin bisa terus bertahan tanpa tenggelam.”(Halaman 76)“Orang tua selalu punya alasan meskipun menurut anak-anaknya nggak masuk akal. Sementara anak-anak baru memahami orang tuanya,setelah ia menjadi orang tua.”(Halaman 84)“Selama seseorang masih menyimpan nama di hatinya,dia akan sulit menerima nama lain, tapi sebenarnya ada yang lebih penting dari itu. Jangan menyerah, selama cinta masih bisa diperjuangkan.Karena yang lebih menyakitkan adalah, ketika kamu mencintai seseorang, tapi nggak bisa kamu miliki bahkan nggak bisa kamu lihat lagi.”(Halaman 165)
Pesan moral yang ingin disampaikan dalam kisah SAUH
ini yang saya tangkap adalah, antara lain seperti apa yang ditulis di halaman
210 yaitu “Jalan cinta memang tidak mudah
ditebak. Setelah tanjakan, barangkali masih ada liukan, barangkali bertemu
tebing curam, atau lubang-lubang dengan kerikil tajam. Tapi, setiap jalan pasti
ada ujungnya.
Cinta pasti akan menemukan jalannya, tugas kita hanya
berusaha dan seperti yang dilakukan oleh Rosita, doa juga bagian dari usaha.
Dan dari kisah ini kita belajar meskipun dalam kondisi terjepit, dalam kondisi
tidak nyaman kita tetap harus berusaha berfikir jernih dan tetap memegang
prinsip yang sedari awal kita pegang.
Hai, buat kalian bara pecinta buku, buat kalian yang
suka baca, buku ini adalah buku yang kalian butuhkan, jadi kalian wajib baca
cerita ini.
Binta 4 untuk kisah Danu-Rosita-Firman.
***-----***------*****------*****
Tentang
penulis
sumber foto : klik di sini |
Shabrina Ws,
nama pena dari Eni Wulansari. Lahir dan besar di Pacitan. Menyukai pagi, puisi,
dan foto-foto bentangan jalan. Menulis beberapa buku di antaranya ; Bentang Cinta yang Tumbuh dalam Diam (Elex
Media Komputindo-Quanta), Karena Hidup
Hanyalah Sebuah Persinggahan (Elex Media Komputindo-Quanta), Always Be in Your Heart, Ping A Massage from
Borneo, Rahasia Pelangi, Sketsa Negeri Para Anjing, Petualangan Ciki Kelinci,
Pelari Cilik, Sakti dan Sapi Rebo, Lesus dan Kisah Becak-Becak, Deling, Dongeng
dan Fakta Unik Binatang, dan Kalender 366 Mutiara Islam.
Beberapa
kali mengikuti kompetisi penulisan :
Juara
Harapan Lomba novel Remaja Depag 2003,
Juara 1
Lomba Novel Remaja Bentang Belia 2011,
Juara 3
Lomba Novel Romance Qanita 2012,
Juara 2
Lomba Cerpen Majalah Nurhidayah 2015,
Juara 3
Lomba Cerpen Majalah Hadila 2016, dan
Juara 2
Lomba Cerita Bersambung Majalah Femina 2017
Menulis
beberapa cerpen serta puisi di beberapa media lokal dan nasional. Dan mengisi
waktu luang dengan menonton pertandingan bulu tangkis.
Karya-karya
bisa dilihat di http://shabrinaws.blogspot.co.id/
3 Komentar
Oh Dear nemu foto dari mana 😂
BalasHapusMakasiih ya udah baca, udah bikin reviewnya.
nemu di Google Mbak Sha...he he he itu foto tahun kapan mbak ? sama sama mbak..semoga sukses ya mba dengan SAUH nya
HapusBagus, saya juga sudah baca novel Mbak Shab ini...
BalasHapusTerima kasih telah membaca sampai selesai.
Mohon maaf sebelumnya, kolom komentar aku moderasi.
jadi komentar kalian tidak akan langsung muncul, nunggu aku setujui dulu baru bisa terlihat.
tinggalkan komentar dan senang berkenalan dengan kalian