Judul
Buku : Titik Temu
Penulis : Ghyna Amanda
Penerbit : Mojok
Tahun terbit : Cetakan Pertama, 2017
Tebal : iv + 276 Halaman
ISBN :
978-602-1318-51-5
***
BLURB
Kemerdekaan
Republik Indonesia memberikan harapan baru bagi kebanyakan orang, tetapi tidak
bagi Katheljin Sophie, putri keluarga kaya berkebangsaan Belanda. Peristiwa itu
justru membuatnya terjebak dalam kondisi sulit. Ancaman pengambilalihan aset
milik keluarganya dan dipulangkan ke negeri Belanda mengintai di depan mata.
Sedangkan ibunya, satu-satu keluarga yang tersisa meninggal mendadak dalam
sebuah kecelakaan.
Pilihan
bertahan di Indonesia membuatnya harus bersiasat, yakni menikah dengan dokter
Andjana Ranggawangsa, seorang pribumi yang 20 tahun lebih tua darinya,
berhutang budi kepada keluarganya dan sedang membutuhkan bantuan untuk
membangun klinik.
Novel ini
mengajak Anda menyelami makna kehidupan secara lebih mendalam, bahwa memang ada
keinginan-keinginan yang tidak tergapai, serta menggiring ke dalam keadaan yang
kita hindari. Meski demikian, keputusan perlu diambil dan dijalani dengan
keteguhan hati.
*****------*****------*****------****-----******
Kathelijen Sophie Khulan dilanda kebingungan yang amat
sangat. Ia sangat mencintai tempat ini, keluarganya semua berada di sini,
apalagi DAM amanah ayahnya juga ada di sini.
Beberapa hari sebelumnya Sophie mencuri dengan dari
tentara Belanda yang datang ke rumahnya. Tentara itu bicara dengan ibunya bahwa
pribumi bakalan merebut semua harta yang keluarga Khulan punya, tidak peduli
betapa baiknya keluarga Khulan kepada pribumi, sebagian besar pribumi terancam
dengan keberadaan para warga keturunan Belanda yang masih tinggal di Indonesia.
Selang beberapa hari ia mendengar bahwa keadaan
dirinya dan ibunya tidak aman, Sophie diculik oleh orang tak dikenal. Beruntung
ada Andjana yang baru kembali dari Utrecht berhasil menyelamatkan Sophie.
Tapi sayang, kemalangan Sophie tidak berhenti begitu
saja, setelah berhasil diselamatkan oleh Andjana, Sophie mendapati rumahnya
terbakar dan sang Ibu tidak berhasil diselamatkan.
Bersama Ayi dan Ibunya, serta Pak Luhur, Sophie
tinggal di bekas rumahnya yang dulu pernah ia dan keluarga Kuhlan tinggali.
Sophie tidak ingin kembali, ia merasa bahwa disinilah
tanah kelahirannya, ia tidak mau jika dipulangkan ke negara dimana kedua orangtuanya
berasal. Ia lahir dan besar di sini. Ia sangat mencintai desa ini.
Atas saran Ayi, jika Sophie ingin selamat satu-satunya
cara adalah menjadi pribumi yaitu dengan cara menikah dengan pribumi. dan tanpa
pikir panjang Sophie menyetujuinya.
Andjana Ranggawangsa, dialah pria yang menjadi pilihan
Sophie, sepanjang usianya, ia hanya kenal pria itu selain tentunya sang Ayah.
Andjana buka pria yang asing untuk keluarga Kuhlen, Andjana disekolahkan oleh keluarga Kuhlen ke
Belanda, kini ia pulang ke keluarga Kuhlan dengan status sebagai seorang
Dokter.
Usia mereka selisih 10 tahun, kepercayaan mereka juga
berbeda, kewarganegaraan mereka juga berbeda.
Akankan Andjana menerima lamaran Sophie untuk
menikahinya? Dengan banyak berbedaan diantara mereka.
Siapakah sosok Andhajana itu sendiri, mengapa ia
menjadi pilihan Sophie?
Jika sudah menikah, akankah ia tetap aman, akankah
Sophie tetap bisa tinggal di desa itu?
Simak dan baca keseruan kisah Sophie dan Andjana di
kemelut pasca kemerdekaan RI dalam
”TITIK TEMU”, karya Ghyna Amanda.
*****------*****------****--------*****------*****
Ini karya Kak Ghyna pertama yang aku baca, awalnya aku
mengira bahwa kisah ini tidak jauh dari percintaan seorang prajurit dengan noni
Belanda, tapi setelah aku baca woooww semua diluar ekpektasi aku, dan aku
dibuat tercengang dengan kisahnya. Dua jempol buat kak Ghyna dalam pengemasan ceritanya.
Penulis dalam menceritakan kisah Sophie dan Andjana
menggunakan sudut pandang orang ketiga, bukan hanya dari sudut pandang Sophie
tapi langsung dikasih sudut pandang Andjana juga. Gimana puas kan?
Berbicara masalah alurnya, bertahap kemudian titik
klimaks nya banyak kejutan yang jauh dari bayangan ataupun prediksi. Tapi
endingnya itu kayak kita main bunge
jumping tapi kita dibiarkan terombang-ambing antara dibiarkan jatuh dengan
diputus talinya secara sepihak atau diturunkan sesuai dengan prosedur. Ha ha ha
tapi ini lebih nyesek daripada sad ending.
Tapi aku mencoba berfikir positif bahwa semua cerita bakalan berakhir dengan
gembira. Tapi tetap ceritanya memang luar biasa, bagi penyuka happy ending ataupun sad ending kalian
harus baca cerita ini, sensasinya beda. Sekali-kali kalian harus baca alur
seperti ini. Keren keren keren keren dan warbyzaaa.
Setting tempatnya
dan setting waktunya anti mainstream.
Diceritakan pada zaman sesudah proklamasi. Kebayangkan bagaimana mencekamnya
situasi saat itu, Indonesia masih dikuasai Jepang tapi masih banyak warga
Belanda yang belum dipulangkan ke negera asalnya. Bagi kalian yang memang butuh
bacaan baru dengan setting tempat dan
waktu yang beda kalian coba baca cerita ini. Karena cerita Titik Temu ini
total, keseluruhan menggunakan setting zaman
setelah proklamasi dikumandangkan. Gak bakalan nyesel pokoknya.
Untuk penokohan, dari awal sampai akhir karakter tokoh
tidak berubah tetap sama. Adakalanya aku berfikir bahwa cerita ini memang ada
sebenarnya karena memang tampak nyata. Dua tokoh yang menonjol dalam cerita
yaitu Sophie dan Andjana.
Sophie sendiri diceritakan sebagai gadis lugu dan
polos dengan pikiran yang sederhana. Di usianya yang sudah 17 tahun dia masih
belum pernah pergi kemanapun, karena sang Ayah memang membatasi gerak Sophie,
Ayahnya berdalih bahwa ia menjaga Sophie agar tidak terjadi sesuatu dengan anak
itu jika diizinkan bebas keluar dari rumah. Ia tahu dunia luar dari apa yang
ayahnya ceritakan dan dari buku-buku koleksi yang ada di rumahnya. Dan sangat
mencintai desa di mana ia tinggal, di mana ia dilahirkan, bahwa ia mengatakan
bahwa desa itu adalah tanah kelahirannya.
Keluarga Sophie memang keluarga terpandang, baik dari
pihak pemerintahan Belanda ataupun warga desa, karena selain memiliki tanah
yang luas, keluarga Kuhlan jugalah yang berinisiatif membuat DAM di desa itu,
dimulai sejak kakek buyut Sophie dan selesai saat Ayahnya yang menangani DAM
itu, dan Sophie pun sangat mencintai DAM itu.
Dr. Andjana Ranggawangsa, dengan usia 20 tahun lebih
tua dari Sophie yang berarti usia 37 tahun. Sosok Andjana dia sangat mencintai
Indonesia, dia tidak segan-segan berjuang melawan penjajah jika itu memang
diperlukan. Dibalik jiwa kepahlawannya yang tidak diragukan lagi sosok Andjana
adalah sosok yang penuh pencintraan. Ia bukan pria yang taat, tapi saat ada
orang lain maka ia akan beribadah tempat waktu. Selain itu sosok Andjana adalah
sosok pria dewasa, yang pemikirannya sudah bercampur dengan gaya hidup ala barat.
Tapi Andjana sangat menghormati keluarga Kuhlan.
Untuk cover dan pemilihan judulnya. Covernya aku rasa
tidak ada masalah, sedangkan judulnya juga pas, sesuai dengan isi cerita. Titik
Temu, satu titik yang mempertemukan segala sesuatu dari segala arah. Suka sama
pemilihan judulnya. Tapi yang membuat mengganjal adalah font dan juga isi buku.
Isi bukunya polos tanpa hiasan atau ornamen sama sekali, kemudian font-nya beda
dari novel-novel lain, cenderung seperti buku pelajaran. Tapi diakhir-akhir cerita
aku sadar dari font dan polosnya kertas malah menunjang suasana cerita.
Dari beberapa adegan di dalam buku yang aku suka
adalah : ketika Sophie melamar Andjana. Coba bayangkan gadis 17 tahun yang
masih lugu dan belum terkontaminasi dengan dunia luar, tiba-tiba berani melamar
seorang Dokter yang usianya 20 tahun lebih tua dari dia. Keren Sophie memang,
kita aja belum tentu berani seperti itu. Kebayang ekspresi muka Andjana yang
seperti apa? Dua jempol buat Sophie.
Beberapa quote favorit yang bertebaran di buku ini
yang aku suka antara lain :
“Saat itu,
revolusioner berbekal otak dan buku jauh lebih terpandang dari mereka yang
mengangkat senjata. Berkat tokoh-tokoh pemuda nasional, mungkin mereka di sini
kembali bergerilya tanpa tahu bahwa musuh yang mereka hadapi memiliki perisai
besi sementara mereka menyerang dengan tusuk gigi.”
(Halaman 19)
“Andai aku
air, mungkin aku bisa menghentikan kebakaran itu. Mungkin aku bisa mengalir
yang jauh hingga orang-orang itu tidak bisa menangkapku. Mungkin aku bisa menjadi
air mata untuk diriku sendiri, yang menghilang bersama rasa sedih.”
(Halaman 55)
“Andai aku
air, aku tidak akan jatuh cinta. Aku hanya jatuh ke bumi, meresap, dan kembali
ke permukaan pada saat yang tepat. Andai aku air, tidak ada yang bisa menyakitiku.
Andai aku air, aku bisa memeluk bumi.’
(Halaman 56)
“Tidak tahu
apakah keputusannya ini benar, tapi mungkin benar karena yang memutuskan adalah
Tuhan, bukan dirinya, bukan juga Andjana.”
(Halaman 65)
“Hanya jika
memiliki seseorang keluarga, ia tidak akan pernah kehilangan apapun. Selalu ada
tempat baginya untuk pulang sejauh apapun iapergi.”
(Halaman
143)
Pesan yang ingin disampaikan dalam kisah Sophie dan
Andjana yang saya tangkap adalah apapun kondisi kita, kita selalu diberi sebuah
pilihan. Apapun itu pilihan selalu diikuti dengan rasa tanggungjawab di
dalamnya. Pilihan menjadi orang baik disaat semua dunia memandangmu pun juga
ada tanggungjawab yang mengikutinya, pilihan untuk menolong atau tidak menolong
juga diikuti rasa tanggungjawab di dalamnya juga. Meski berat sebuah pilihan
adalah sesuatu yang diputuskan oleh hati.
Buku ini memang keren, tapi aku sarankan kalian harus
sudah berusia setidaknya 20 tahun ke atas lah untuk baca buku ini, karena
memang ada beberapa hal yang belum pantas dibaca oleh anak usian remaja dan di
bawah 20 tahun, apalagi ini tidak ada keterangannya juga.
Bintang 4 untuk kisah Sophie dan Andjana.
***************--------------------******************
sumber : Foto Profil akun Instagram Ghyna Amanda |
GHYNA AMANDA,
Lahir dan besar di Kota Bandung.GHYNA
AMANDA, lahir dan besar di Kota Bandung.Cita-cita menjadi seorang komikus tapi
pada akhirnya berkecimpung dalam dunia penulisan. Beberapa karnyanya yang sudah
diterbitkan Matryoshka, Howls(dot)com dan
NIAS. Penyuka panda ini dapat di
hubungi melalui akun @amndbrnz
*****-----***---------*****-----****
Terimakasih banyak buat
Peeky Book Tourian, Buku Mojok dan Kak Ghyna Amanda atas kesempatan dan
kepercayaannya kepada saya sehingga bisa menjadi bagian dari #ObrolinBukuTitikTemu.
Maaf jika masih banyak kekurangan dan semoga tidak kapok untuk mengajak
kerjasama lagi. terimakasih.
0 Komentar
Terima kasih telah membaca sampai selesai.
Mohon maaf sebelumnya, kolom komentar aku moderasi.
jadi komentar kalian tidak akan langsung muncul, nunggu aku setujui dulu baru bisa terlihat.
tinggalkan komentar dan senang berkenalan dengan kalian