Judul Buku : KHADIJAH (First Love Never Dies)
Penulis : Irfa Hudaya
Penerbit : Tinta Medina
(Creative Imprint of Tiga
Serangkai)
Tahun terbit : Cetakan Pertama, April 2019
Tebal : xiv+258 Halaman
ISBN : 978-623-7011-89-7
Hadiah GA dari blog jendeladuniaku2015.wordpress.com
***
BLURB
Khadijah menyimpan sebongkah cinta terhadap
seorang lelaki yang terkenal dengan kejujurannya. Namun, wanita yang sudah
pernah menikah itu ragu-ragu, apakah cintanya punya hak mendapat balasan
serupa?
Dirinya urung menyatakan keinginan untuk menikahi
Muhammad. Sayangnya, rasa sejernih mutiara itu malah membesar. Dengan tekad
yang bulat, Khadijah menemui sepupunya, Waraqah Bin Naufal.
Hati Khadijah semakin kuat setelah pertemuan itu.
Lantas akankan cintanya berbuah manis? Apakah kehadiran Khadijah dalam
kehidupan Muhammad mempunyai peran yang besar?
*****------*****------*****------****-----******
Khadijah Binti Khawalid gadis
penyuka matahari terbit dan paling suka menghadap ke arah timur menunggu warna
kuning menyembul di ufuk. Dia bukan penyembah berhala atau penyembah matahari,
dia penganut agama Samawi agama yang dibawa oleh Ibrahim leluhurnya.
Setelah menjadi janda dua kali,
Khadijah sibuk mengurus ketiga buah hatinya dan perniagaan. Dia sudah tidak
memikirkan tentang pernikahan, tapi siapa bisa menolah jika DIA berkehendak.
Khadijah jatuh cinta kepada seorang pemuda, seorang pemuda yang menjadi kafilah
dalam usaha perniagaan Khadijah ke Syam. Dia adalah Muhammad Bin Abi Thalib.
Seorang pemuda yang jujur dan berakhlak mulia.
Khadijah berperan sangat apik
dalam mendukung dan memberi semangat kepada Baginda Nabi Muhammad SAW dalam
menyebarkan agama Islam di wilayah Jazirah Arab.
Inilah buku yang mengulik cerita
indah dan penuh dengan hikmah dari Saydina Khadijah, salah satu dari lima
wanita yang sudah dibuatkan rumah di surga.
Tidak salah jika saya mengatakan kalau kau wanita dan ingin masuk surga
maka bacalah buku ini. Bagaimana menjadi seorang wanita, seorang ibu, seorang
istri, seorang anak, Khadijah adalah panutan seluruh wanita muslim, sangat
tergambar dengan jelas di dalam buku ini.
Membaca buku ini, dijamin tidak
bosan karena bahasa yang digunakan seperti bahasa novel, bukan seperti buku
diktat atau buku-buku autobiografi pada umumnya. Membaca buku ini kita tidak
akan merasa didikte bahwa menjadi seorang perempuan harus begini-begini, tapi
membuat kita berfikir “Oh, nanti aku kalau jadi ibu, aku mau seperti
khadijah.”, “Oh, kalau jadi seorang istri sebaiknya nanti aku harus bisa seperti
Khadijah.” Jadi kita merasa seperti harus belajar lagi dan belajar lagi agar
bisa menirukan seperti Khadijah.
Setelah membaca buku ini ada
beberapa hal yang baru aku tahu tentang sejarah Islam. Rasanya seperti
diingatkan “Seberapa besar kau tahu tentang sejarah Islam” selain nama suami
Khadijah yang baru aku tahu setelah membaca buku ini adalah tentang kisah Zaid bin
Haritsah. Kalian tahu bagaimana kisah Zaid Bin Haritsah? Kalau kalian tidak
tahu silahkan baca buku ini.
Beberapa interaksi Khadijah
dengan beberapa tokoh dalam cerita yang menurut aku sangat menari dan lagi lagi
memang bermakna tidak hanya sekedar ucapan.
Interaksi Khadijah dengan putrinya yang bernama Hindun, saat Hindun
bertanya kepadanya kemana perginya Abu Halah.
“Ibu, Ayah keman? Apakah Ayah ke Syam lagi membawa barang? Apakah Ayah akan
membelikanku mainan lagi?”
“Ayah pergi sangat jauh Halah. Dia takkan kembali lagi.”
“Ayah sudah tak suka dengan kita ya, Bu?”
“Ayah sayang sama kita, bahkan teramat sayang.”
“Lalu, mengapa Ayah tak mau kembali?”
“Karena Ayah kembali kepada Pemiliknya.”
“Siapa pemilih Ayah, Bu? Kakek dan Nenek?”
“Pemilik Ayah adalah Penguasa seluruh alam raya. Ayah sudah bersama Kakek
dan Nenek sekarang.”
“Di mana?”
“Di suatu tempat yang kita tak pernah tahu. Tetapi, mereka melihat kita
dari sana. Ayah bangga melihat kalian selalu menemani ibu.”
(Halaman 11)
“Ibu mengapa bintang lebih kecil daripada bulan?”
“Karena Tuhan kita mengirim bintang yang sangat banyak itu untuk memberimu
pelajaran. Supaya engkau bisa belajar berhitung dari bintang.”
“Tuhan bisa saja membuat bulan lebih banyak daripada bintang.”
“Benar, Khadijah, tetapi Tuhan tak maukau belajar semudah itu. Bulan lebih
besar dari bintang. Kau akan mudah menghitungnya dibandingkan jika engkau
menghitung bintang. Tuhan kita ingin kau semakin cerdas, jika kau berpikir
lebih keras. Tuhan suka kepada manusia yang suka berpikir.”
(Halaman 30-31, percakapan Khadijah kecil dengan ibunya)
Tidak hanya dua interaksi itu saja
tapi masih banyak lagi, segala sikap yang ada pada Khadijah adalah teladan,
bagaimana ia harus bersikap kepada saat putrinya dikembalikan oleh suaminya,
bagaimana ia harus bersikap saat suaminya menghadapi ujian. Segala sikap dan
interaksi Khadijah penuh dengan teladan dan pembelajaran.
Cerita ini beralur maju, meskipun
begitu kita akan sesekali dibawa ke dalam masa kecil Khadijah. Bagaimana
kecerdasan dia yang sudah tampak sejak kecil, bagaimana didikan orang tua
Khadijah kepadanya. Sumpah buku ini keren sekali dan kalian memang harus punya.
Dan aku rasa buku ini cocok dibaca oleh segala kalangan. Teruntuk khususnya
untuk para wanita.
Beberapa quote yang sangat
menarik yang terdapat dalam buku ini antara lain adalah sebagai berikut :
“Sebuah keindahan telah terjadi. Khadijah dan Muhammad. Sepasang sepatu kemuliaan telah terpasang. Tinggal manusia yang lain menunggu mereka untuk berjalan bersisian, berdampingan, bergiliran, seirama dengan melangkahkan kaki.(Halaman 109)
“Bahagia adalah ketika kita tersentuh atas apa yang Tuhan berikan, kemudian mensyukuri segala anugrah itu. kupikir kau juga anugerah buatku. Aku mempunyai khadimat yang setia, bahkan sudah seperti keluargaku sendiri.”(Halaman 113)
“Takkan pernah dia pergi dari sisi sang putri. Khadijah adalah madrasah berjalan baginya. Dia takkan menemukan sebuah pelajaran dari siapapun, melainkan hanya dari Khadijah.”(Halaman 136)
“Kebahagiaan tak hanya bertumpu pada hari ini, Zainab. Ini adalah awal dari petualangamu. Petualangan bersama suamimu kelak. Kau akan menemukan tempat yang indah untuk berhenti sejenak dari sebuah perjalananmu, tetapi suatu ketika kau pasti akan menemukan bukit terjal bebatuan sehingga kau akan kepayahan saat mendakinya.”(Halaman 153)
“ALLAH takkan salah memilihkan pasangan hidup bagi manusia. Memang, manusia takkan ada yang sempurna. Namun kesempurnaan itu ada ketika manusia memahami bahwa setiap ketidaksempurnaan menjadi sebuah anugerah. ALLAH menciptakan ketidaksempurnaan untuk memperlihatkan bahw ahanya Dialah Yang Maha Sempurna.”(Halaman 174)
“Hati takkan berkhianat. Hati takkan mungkin meninggalkan kebaikan. Sebab sejatinya dalam setiap hati manusia ada sebuah sudut di mana semua kebaikan dan kebenaran selalu tertanam di sana.”(Halaman 211)
------------************------------**********-----------
sumber : twitter.com/irfahudaya |
Karya-karyanya yang lain bisa ditemukan dalam beberapa antalogi yaitu True Love Stories (Gradien Mediatama, 2013), Semiliar Cinta Untuk Ananda (Gema Insani Press, 2013), Akhirna Jodohku Datang (Rumah Pena Publishing, 2014), buku nonfiksi bersama tim IIDN Jogja : Inspirasi Nama Bayi Islami Terpopuler (Gradien Mediatama, 2015), serta Ibumu, Ibumu, Ayahmu (Genta Hidayah, 2017)
Untuk mengenalnya lebih jauh silahkan kunjungi akun FB ; Irfa Hudaya
Ekawati , Blog : www.irfahudaya.net , Twitter : @irfahudaya, IG :
irfa_hudaya, atau melalui email irfahudaya@gmail.com
Terimakasih banyak buat Mbak Yanti dan Mbak Irfa Hudaya, maaf kalau postingan reviewnya buku novel molor, padahal nerima bukunya dan bacanya juga sudah selesai dari lama. suka sekali sama bukunya jadi pengen mbak Irfa buat cerita wanita wanita dalam sejarah islam yang lainnya.
sukses terus buat mbak Yanti dan Mbak Irfa.
0 Komentar
Terima kasih telah membaca sampai selesai.
Mohon maaf sebelumnya, kolom komentar aku moderasi.
jadi komentar kalian tidak akan langsung muncul, nunggu aku setujui dulu baru bisa terlihat.
tinggalkan komentar dan senang berkenalan dengan kalian